Kulit hitam bukan penentu kepribadian. Pepatah ini sering kita dengar, namun masih banyak yang terjebak dalam stereotip dan prasangka terhadap orang berkulit gelap. Padahal, seharusnya kita merayakan keberagaman di tanah air.
Menurut Dr. Fiona Wijaya, seorang psikolog klinis, warna kulit seharusnya tidak menjadi tolok ukur dalam menilai seseorang. “Kulit hitam, putih, atau berbagai warna lainnya hanyalah bagian dari identitas fisik seseorang. Kepribadian dan karakter seseorang jauh lebih penting daripada warna kulitnya,” ujarnya.
Pendapat serupa juga disampaikan oleh Prof. Bambang Susantono, seorang pakar sosiologi. Beliau menekankan pentingnya menghargai perbedaan dan merayakan keberagaman di masyarakat. “Tanah air kita kaya akan budaya dan etnis yang beragam. Kita harus bisa menerima perbedaan dan belajar untuk saling menghormati,” ungkap Prof. Bambang.
Dalam era globalisasi seperti sekarang, penting bagi kita untuk memiliki sikap terbuka terhadap perbedaan. Hal ini juga ditekankan oleh Sri Mulyani, seorang tokoh pendidikan. Menurut beliau, pendidikan multikultural sangat penting untuk membentuk generasi yang toleran dan menghargai keberagaman.
Maka dari itu, mari kita bersama-sama merayakan keberagaman di tanah air. Berhentilah menilai seseorang dari warna kulitnya, tetapi lihatlah karakter dan kepribadian seseorang. Kita semua adalah bagian dari Indonesia yang berwarna-warni, dan itulah yang membuat kita menjadi bangsa yang kuat dan maju. Semoga pesan ini dapat menginspirasi kita semua untuk lebih menghargai perbedaan dan membangun masyarakat yang lebih inklusif.